POHON PINUS

 

POHON PINUS

TANAMAN PENGHASIL GETAH   DI KELOMPOK  TANI  HUTAN  GUNA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DIMASA PANDEMI

                                                                         Di susun oleh

SUKARMI, SP

PENYULUH KEHUTANAN MUDA  

 

Pinus dan cemara merupakan pohon dalam satu jenis yang sama, yaitu jenis coniferous evergreen. Coniferous evergreen adalah jenis pohon yang tumbuh membentuk kerucut dan memiliki daun berwarna hijau sepanjang tahun (tidak berubah warna mengikuti musim).

Di Indonesia, pohon pinus disebut juga pohon tusam. Pohon ini berasal dari famili yang sama dengan pohon fir dan pohon spruce, yaitu famili Pinaceaedengan genus pinus.

Pinus mampu tumbuh diberbagai ketinggian, akan tetapi tempat terbaik untuk perkembangannya berada di ketinggian 400 hinga 2000 mdpl. Pohon pinus yang ditanam di ketinggian kurang dari 400 mdpl akan tumbuh tidak optimal karena suhu udara terlalu tinggi.


Hal ini sangat cocok di wilayah binaan Penyuluh Kehutanan CDK wilker Pacitan tepatnya di Desa Kedungbendo dan Desa Temon Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan . Di Desa Temon Kecamatan Arjosari Kabupaten ada  472 pohon pinus  yang di kelola oleh KTH Dronorejo dan 450 pohon pinus   yang di kelola oleh KTH Akur III dan sudah mengasilkan getah pinus perdana sebanyak  102 kg . Untuk  desa Kedungbendo ada 2.139 pohon pinus yang dikelola KTH Rukun Tani dan sudah menghasilkan getah pinus perdana sebanyak 391kg Semua  bermitra dengan  CV Rimbun  Sejahtera desa Jeruk Kec. Bandar Kab. Pacitan sebagi supliyer  Getah Pinus .

Getah tumbuhan (resin) merupakan bahan yang mempunyai susunan yang kompleks, dihasilkan oleh kelenjar tertentu yang membentuk saluran getah (resin ducts) yang dikelilingi oleh sekelompok sel-selparenkim (parenkhym cells). Prinsip keluarnya getah dari luka dapat dijelaskan sebagai berikut. Saluran getah pada semua sisi dikelilingi oleh saluran parenkim, diantara saluran dan sel-sel parenkim terdapat keseimbangan osmotik. Jika dibuat luka pada batang pinus akan menyebabkan saluran getah terbuka, sehingga tekanan dinding berkurang akibatnya getah keluar. Getah yang dihasilkan pohon pinus digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon tersayat atau pecah. Getah pinus yang segar dan bersih umumnya mengandung 60% gondorukem, 17% terpentin dan 23% air. Pada proses pengolahan mekanis (penyulingan) getah pinus akan diperoleh terpentin sebagai destilat dan gondorukem sebagai residu.

Produksi getah pinus dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor ekstern berupa tempat tumbuh serta tindakan pengelolaan yang berpengaruh terhadap produksi getah secara langsung atau tidak langsung melalui faktor-faktor intern.

A.Faktor intern yang berpengaruh terhadap produksi getah pinus antara lain genetik (antar jenis atau antar galur dalam satu jenis pohon), umur tanaman, diameter dan tinggi pohon, kondisi tajuk, volume kayu gubal, dan kerapatan tegakan;

B.Faktor EksternGetah adalah bagian dari hasil proses fisiologi tumbuhan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada umumnya juga berpengaruh terhadap produksi getah. Faktor-faktorekstern yang berpengaruh terhadap produksi getahantara lainlingkungan(cahaya dan temperatur, tempat tumbuh, unsur hara, udara,dan air), kegiatan pengelolaan(pengembalaan, pembakaran,dan pemangkasancabang,penjarangan tanaman dan teknik penyadapan). Teknik penyadapan getah pinus meliputi bentuk luka sadap, pola sadap, ukuranlebar dan kedalaman luka sadap, arah luka sadap, intensitas pemungutan dan pembaharuan luka sadap, serta penggunaan stimulan.

Sistem penyadapan getah pinus dapat dibedakan berdasarkan bekas luka sadapan, proses aliran getah dan penggunaan stimulan.

Untuk wilayah binaan penyuluh kehutanan sitem penyadapan getah pinus  yang di kelola KTH Dronorejo, KTH Akur dan KTH Rukun Tani menggunakan sitem koakan dengan cara sebagai berikut :

Cara penyadapan yang dilakukan di Indonesia pada era 1975-an adalah dengan cara koakan (quarre) bentuk huruf U terbalik. dibuat sejajar panjang batang dengan kedalaman 2 cm dan lebar 10 cm dengan menggunakan alat sadap konvensional yang disebut kedukul/petel atau alat semi mekanis yaitu mesin mujitech.Saluran getah yang dilukai akan cepat menutup jika tidak diberi perangsang,sehingga produksi getah yang diperoleh rendah. Untuk meningkatkan produksi getah, perlu diberikan perangsanguntuk memperpanjang waktumengalirnya getah, sehingga frekuensi pembuatan luka baru dapatdikurangi dan pohon pinus dapat disadap lebih lama. Perangsang yang dapat digunakan adalah larutanH2SO4dengan konsentrasi 15% dengan volume sekitar 1 ml/luka sadap.Pemberian perangsangdapat dilakukan dengan cara menyemprot menggunakan sprayer atau dilabur menggunakan kuas kecil atau sikat gigi di atas luka sadap yang baru dibuat. Jika tidak menggunakan perangsangsaluran getah akan menutup pada hari ketiga,sehingga diperlukan pembaharuan luka 3-5 mm di atas luka lama. Dengan demikian luka sadapan maksimal dalam satu tahun mencapai tinggi 60 cm ditambah 10 cm koakan permulaan.Lama sadapan yang dilaksanakan untuk satu unit pengelolaan terkecil (petak) adalah tiga tahun dengan tinggi luka sadapan (koakan) maksimal 190 cm. Namun penyadapan dengan sistem ini tidak lebih dari dua tahun dengan tinggi koakan maksimal 130 cm.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDAMPINGAN DESA DEVISA GULA AREN TEMON

PERLEBAHAN ARJOSARI

LEBAH KLANCENG